Minggu, 23 November 2008

UNtuk RiTA, KimiA

BAYI KUNING : APA, MENGAPA, BAGAIMANA ?
{http://gondalgandul.files.wordpress.com/2008/02/bayi-kuning.doc}

Biokimia merupakan ilmu Pengetahuan yang mempelajari pelbagai molekul didalam sel hidup serta organisme hidup, dan dengan reaksi kimianya.Mahasiswa Kebidanan harus bisa memahami dan menguasai pengetahuan biokimia berada dalam posisi kuat untuk menghadapi kasus atau persoalan pokok dalam ilmu kesehatan.
Pada akhir-akhir ini persoalan yang paling sering kami jumpai dilapangan yaitu bayi dengan IKTERUS (Hyperbilirubin). Karena banyaknya kasus ini yang masih belum diketahui penyebab yang pasti dalam ilmu Kedokteran, maka kami sangat tertarik untuk mempelajari yang lebih lanjut secara mendetail tentang IKTERUS NEONATORUM.
Bayi dengan Ikterus Neonatorum bila dalam penanganannya kurang tepat dan benar bisa mengakibatkan kejang, kerusakan otak seumur hidup bahkan sampai terjadi kematian. Prinsip dasar Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25% - 50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologi atau dapat merupakan hal yang pathologis, misalnya pada Inkomptibilitas Rhesus dan Abo, Sepsis, Penyumbatan Saluran empedu, dan sebagainya.
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologi apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan. Selanjutnya tidak nenunjukkan dasar pothologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi KERN – IKTERUS.
Mengapa mesti anda ketahui ?
• Karena banyaknya kasus IKTERUS NEONATORUM pada bayi baru lahir antara umur 2-3 hari
• Bila penanganannya kurang tepat dan benar bisa mengakibatkan kejang, kerusakan otak seumur hidup bahkan sampai terjadi kematian.
• IKTERUS yang pathologis, misalnya pada inkom patilibus resus dan ABO, Sepsis, Penyumbatan saluran empedu.
Pengertian Ikterus
Ikterus ialah suatu gejala klinik yang sering tampak pada Neonatus.Akibatnya bertambahnya bilirubin dalam serum, maka bayi kelihatan kuning. Derajat kuningnya bayi tidak selamanya sesuai dengan Kadar bilirubin serum. Pemeriksaan Kadar bilirubin sangat penting untuk menentukan keadaan klinik yang di hadapi.
Menurut kepustakaan frekuensi bayi yang menunjukkan Ikterus pada hari pertama sesudah lahir ialah 50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi prematur.Frekuensi Neonatus yang kadar bilir
ubinnya melebihi 10 mg% rata-rata 10%.
Pengertian Bilirubin :
 Pigmen empedu utama, merupakan hasil akhir metabolisme pemecahan sel darah merah yang sudah tua ; proses konjugasinya berlangsung dalam hati dan diekskresi kedalam empedu.
Metabolisme dan Exkresi Bilirubin
Pada bayi bilirubin terjadi sebagai hasil degradasi hemoglobin. Proses reaksi enzim mula-mula mengubah hemoglobin menjadi biliferdin dengan bantuan hemeo xygenase.
Biliverdin direduksi menjadi bilirubin dengan bantuan Enzyma biliverdin reduktase.Bilirubin yang terbentuk ini terikat pada albumin dan diangkut ke hepar. Bilirubin ini disebut bilirubin tidak langsung yang mempunyai sifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, dapat melaui placenta, dam memberi reaksi tidak langsung dengan Reagens Hijmans Van den Berg.
Didalam hepar bilirubin tidak langsung diubah menjadi bilirubin langsung, melalui rantai reaksi.
Dalam rantai reaksi ini,yang terjadi didalam sel-sel hepar,bilirubin yang larut dalam lemak itu diubah menjadi bilirubindiglukoronida.yang larut dalamair dan yang memberi reaksipositif dengan reagens Hijmans Van den Berg.Glucoronyl tranferase memindahkan asal glukoronik dari asam uri dan difosfoglukoronik ( Uridin disphosphoglukoronik Acid = UDPGA) ke bilirubin,sehingga menjadi bilirubin diglokoronik.UDPGA ialah satu-satunya bentuk dimana asam glukoronik dapat diperoleh untuk konjugasi
Glukosa sangat penting untuk ekskresibilirubin karena proses konjugasi sangat melibatkan metabolisme karbohidrat dan nukleotida.
Bilirubin langsung tidak larut dalam lemak, tetapi larut dalam air. Bilirubin kemudian dikeluarkan dari hepar melalui Canuliculi empedu kedalam tractus digestivus,kemudian keluar bersama dengan faeces.Kalau terjadi hambatan dalam proses pengeluaran melalui tractus digestivus,dapat terjadi hambatan dalam proses pengeluaranmelalui tractus digestivus,dapat terjadi dekonjugasi bilirubin,dan bilirubin dalam bentuk ini diserap kembali melalui selaput usus masuk kedalam peredaran darah,akhirnya ke hepar untuk mengalami proses yang sama.Gangguan dalam pengeluaran bilirubin langsung ini menyebabkan penumpukan dalam serum yang dapat dikeluarkan melewati ginjal. Bilirubin tidak langsung tidak dapat dikeluarkan melalui ginjal karena larut dalam lemak dan terikat dengan albumin.
Dalam proses pertumbuhan janin sistem pengeluaran hasil degradasi hemoglobin berbeda dengan hal yang telah dijelaskan diatas.Pada janin jaln utama pengeluaran bilirubin melalui hepar dan tractus intestinalis belum berkembang dengan sempurna.Penggunaan jalan placenta hanya dapat dalam bentuk bilirubin tidak langsung.Pada neonatus kematang sistem pengeluaran bilirubin melalui jalan hepar dan usus menentukan terjadinya Ikterus Neonatorum yang fisiologik. Ikterus fisiologik terutama terdapat pada bayi prematur karena kurang kematangan sistem itu.Jadi lamanya masa kehamilan dan derajat kematangan sistem pengeluran bilirubin melalui hepar dan usus sangat menentukan timbulnya Ikterus fisiologik.
Rantai Reaksi Bilirubin Tidak Langsung menjadi Bilirubin langsung
Glukosa Heksokinase glukosa = 6 – fosfat
Glukosa - 6 - fosfat { ATP ADP glukosa-1- fosfat
Fosfoglukomutase
Glukosa-1-1 fosfat Pp. Uridyl tranferase UDP glukosa
p.p
UDP glikosa { UTP
UDP dehydrogenase UDP Asam glukoronik
UDP asa glukoronik { 2 DPN - - - - - - - > 2 DPNH + 2 H + Bilirubin di-
Glukoronyl tranferase glukoroni

MEKANISME PATOFISIOLOGIK KONDISI IKTERUS.
Terdapat 4 mekanisme umum dimana hiperbilirubinemia dan ikterus dapat terjadi :
1.Pembentukan bilirubin secara berlebihan.
2.Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intra hepatik yang bersifat opbtruksi fungsional atau mekanik.
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi terutama disebabkan oleh tiga mekanisme yang pertama,sedangkan mekanisme yang keempat terutama mengakibatkan terkonjugasi.
PEMBENTUKAN BILIRUBIN SECARA BERLEBIHAN
Penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan destruksi sel darah merah merupakan penyebab utama dari pembentukan bilirubin yang berlebihan. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer pigmen empedu berlangsungnormal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan. Beberapa penyebab ikterus hemolitik yang sering adalah hemoglobin abnormal ( hemoglobin S pada animea sel sabit), sel darah merah abnormal ( sterositosis herediter ), anti body dalam serum ( Rh atau autoimun ), pemberian beberapa obat-obatan, dan beberapa limfoma atau pembesaran ( limpa dan peningkatan hemolisis ). Sebagaian kasus Ikterus hemolitik dapat di akibatkan oleh peningkatan destruksi sel darah merah atau prekursornya dalam sum-sum tulang ( talasemia, anemia persuisiosa, porviria ). Proses ini dikenal sebagai eritropoiesis tak efektif Kadar bilirubin tak terkonjugasi yang melebihi 20 mg / 100 ml pada bayi dapat mengakibatkan Kern Ikterus.
GANGGUAN PENGAMBILAN BILIRUBIN
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi yang terikat abulmin oleh sel-sel hati dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan mengikatkan pada protein penerima. Hanya beberapa obat yang telah terbukti menunjukkan pengaruh terhadap pengambilan bilirubin oleh sel-sel hati, asam flafas pidat ( di pakai untuk mengobati cacing pita ), nofobiosin, dan beberapa zat warna kolesistografik. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dan Ikterus biasanya menghilang bila obat yang menjadi penyebab di hentikan. Dahulu Ikterus Neonatal dan beberapa kasus sindrom Gilbert dianggap oleh defisiensi protein penerima dan gangguan dalam pengambilan oleh hati. Namun pada kebanyakan kasus demikian, telah di temukan defisiensi glukoronil tranferase sehingga keadaan ini terutama dianggap sebagai cacat konjugasi bilirubin.
GANGGUAN KONJUGASI BILIRUBIN
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang ringan ( < 12,9 / 100 ml ) yang mulai terjadi pada hari ke dua sampai ke lima lahir disebut Ikterus Fisiologis pada Neonatus. Ikterus Neonatal yang normal ini disebabkan oleh kurang matangnya enzim glukoronik transferase. Aktivitas glukoronil tranferase biasanya meningkat beberapa hari setelah lahir sampai sekitar minggu ke dua, dan setelah itu Ikterus akan menghilang.
Kern Ikterus atau Bilirubin enselopati timbul akibat penimbunan Bilirubin tak terkonjugasi pada daerah basal ganglia yang banyak lemak. Bila keadaan ini tidak di obati maka akan terjadi kematian atau kerusakan Neorologik berat tindakan pengobatan saat ini dilakukan pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi adalah dengan fototerapi.
Fototerapi berupa pemberian sinar biru atau sinar fluoresen atau ( gelombang yang panjangnya 430 sampai dengan 470 nm ) pada kulit bayi yang telanjang. Penyinaran ini menyebabkan perubahan struktural Bilirubin ( foto isumerisasi ) menjadi isomer-isomer yang larut dalam air, isomer ini akan di ekskresikan dengan cepat ke dalam empedu tanpa harus di konjugasi terlebih dahulFemobarbital ( Luminal ) yang meningkat aktivitas glukororil transferase sering kali dapat menghilang ikterus pada penderita ini.
PENURUNAN EKSKRESI BILIRUBIN TERKONJUGASI
Gangguan eskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor Fungsional maupun obstruksi, terutama mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi .Karena bilirubin terkonjugasi latut dalam air,maka bilirubin ini dapat di ekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin dan kemih berwarna gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen kemih sering berkurang sehingga terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat di sertai bukti-bukti kegagalan ekskresi hati lainnya, seperti peningkatan kadar fostafe alkali dalam serum, AST, Kolesterol, dan garam-garam empedu. Peningkatan garam-garam empedu dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus yang diakibatkan oleh hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih kuning di bandingkan dengan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Perubahan warna berkisar dari kuning jingga muda atau tua sampai kuning hijau bila terjadi obstruksi total aliran empedu perubahan ini merupakan bukti adanya ikterus kolestatik, yang merupakan nama lain dari ikterus obstruktif. Kolestasis dapat bersifat intrahepatik ( mengenai sel hati, kanalikuli, atau kolangiola ) atau ekstra hepatik ( mengenai saluran empedu di luar hati ). Pada ke dua keadaan ini terdapat gangguan niokimia yang sama
BERBAGAI JENIS IKTERUS NEONATORUM
IKTERUS FISIOLOGIK.
Sebagai neonatus , terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus pada hari pertama. Ikterus ini biasanya timbul pada hari ke dua, kemudian menghilang pada hari ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan,kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan Ikterus dengan kemungkinan besar menjadi patologik dan memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain :
• Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
• Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % per hari
• Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan
• Bilirubin melebihi 15mg% pada bayi prenatur
• Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama
• Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1mg%pada setiap waktu.
• Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi,atau suatu keadaan patologik lain yang telah diketahui.
IKTERUS PATOLOGIK
Ikterus di katakan patologik jikalau pigmennya, konsentrasinya dalam serum, waktu timbulnya, dan waktu menghilangnya berbeda dari kriteria yang telah disebut pada Ikterus fisiologik. Walaupun kadar bilirubin masih dalam batas-batas fisiologik, tetapi klinis mulai terdapat tanda-tanda Kern Ikterus, maka keadaan ini disebut Ikterus patologik.
Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
 Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan hepar untuk dikeluarkan.
 Faktor-faktor yang menghalangi itu mengadakan obstruksi pengeluaran bilirubin.
 Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin.
IKTERUS HEMOLITIK
Ikterus Hemolitik pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut Erythroblastosis foetalis atau Morbus Haemolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ). Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh Inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.
a) Inkompatibilitas Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang tuanya.
Bayi Rhesus positif dari Rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin berat ikterusnya, aisertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ).
Terapi ditujukan untuk memperbaiki anemia dan mengeluarkan bilirubin yang berlebihan dalam serum, agar tidak terjadi Kern Ikterus.
b) INKOMPATIBILITAS ABO
Penderita Ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih sering ditemukan di Indonesia daripada inkom patibilitas Rh. Transfusi tukar darah pada neonatus ditujukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena defisiensi G – 6 – PD dan Inkompatibilitas ABO.
Ikteru dapat terjadi pada hari pertama dan ke dua yang sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemianya ringan, hepar dan lien tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari. Kalau hemolisiinya berat, sering kali diperlukan juga transfusi tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern Ikterus.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu.
c) Ikterus hemolitik karena incompatibilitas golongan darah lain.
Selain inkompatibilitas darah golongan Rh dan ABO, hemolisis dapat pula terjadi bila terdapat inkompatibilitas darah golongan Kell, Duffy, MN, dan lain-lain. Hemolisis dan ikterus biasanya ringan pada neonatus dengan ikterus hemolitik, dimana pemeriksaan kearah inkimpatibilitas Rh dan ABO hasilnya negatif, sedang coombs test positif, kemungkinan ikterus akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain.
d) Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital.
Golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai erytrhoblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test biasanya negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis kongenital, anemia sel sabit ( sichle – cell anemia ), dan elyptocytosis herediter.
e) Hemolisis karena diferensi enzyma glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD defeciency ).
Penyakit ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum di ketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama icterus neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Icterus walaupun tidak terdapat faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya walaupun hemolisis merupakan sebab icterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan besar ada faktor lain yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar.
IKTERUS OBSTRUKTIVA
Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di dalam hepar dan di luar hepar. Akibat obstruksi itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung dan bilirubin langsung.
Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1mg%, maka harus curiga akan terjadi hal-hal yang menyebabkan obstruksi, misalnya hepatitis, sepsis, pyelonephritis, atau obstruksi saluran empedu peningkatan kadar bilirubin langsung dalam serum, walaupun kadar bilirubin total masih dalam batas normal, selamanya berhubungan dengan keadaan patologik.
Bisa terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk maupun indirek meningkat.
Bila sampai dengan terjadi obstruksi ( penyumbatan ) penyaluran empedu maka pengaruhnya adalah tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.
KERNICTERUS
Encephalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat di akui sebagai komplikasi hiperbirubinemia.
Bayi-bayi yang mati dengan icterus berupa icterus yang berat, lethargia tidak mau minum, muntah-muntah, sianosis, opisthotonus dan kejang. Kadang gejala klinik ini tidak di temukan dan bayi biasanya meninggal karena serangan apnoea.
Kernicterus biasanya di sertai dengan meningkatnya kadar bilirubintidak langsung dalam serum.
Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg% sering keadaan berkembang menjadi kernicterus.
Pada bayi primatur batas yang dapat di katakan cuman ialah 18 mg%, kecuali bila kadar albumin serum lebih dari 3gram%. Pada neomatus yang menderita hyipolia, asidosis, dan hypoglycaemia kernicterus dapat terjadi walaupun kadar bilirubin <16mg%. Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar darah bila kadar bilirubin tidak langsung mencapai 20mg%
PENCEGAHAN PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA.
Peningkatan kadar bilirubin tidak langsung didalam darah dapat. Menyebabkan kerusakan sel tubuh, terutama sel otak Kadar bilirubin yang berbahaya itu sangat tergantung pada saat timbulnya ikterus dan kecepatan meningktanya kadar bilirubin tidak langsung. Kadar bilirubin 15mg% poada hari ke 4 kurang berbahaya dibandingkan dengankadar yang sama pada bayi baru lahir atau hari pertama.Karena itu setiap bayi yang menderita ikterus perlu diamati apakah ikterus itu suatu ikterus fisiologik atau akan berkembang menjadi ikterus patologik.
Anamnesis kehamilan dan kelahiran sangat membantu pengamatn klinik ini dan dapat menuntun kita untuk melakukan pemeriksaan yang tepat.
Dalam penanganan ikterus ada 3 cara untuk mencegah dan mengobati,yaitu :
 Mempercepat metabolisme dan pengeluran bilirubin
 Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan
 yang dapat dikeluarkan melalui ginjal dan usus,misalnya dengan terapi sinar (photo terapi).
 Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah , yaitu denga tranfusi tukar darah.
.MEMPERCEPAT METABOLISME DAN PENGELUARAN BILIRUBIN.
1.Early feeding.Pemberian makanan dini pada neonatus dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada neonatus.
Hal ini mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian Makanan yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus,Dan meconium lebih cepat dikeluarkan,sehingga peredaran Enterohepatik bilirubin berkurang.
2.Pemberian agar-agar. Pemberian agar-agar per os dapat mengurangi ikterus fisiologik.Mekanismenya ialah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin enterohepatik.
3.Pemberian phenobarbital. Pemberian phenobarbital ternyata dapat menurunkan kadar bilirubin tidak langsung dalam serum bayi.Khasiat phenobarbital ialah mengadakan induksi enzymamicrosoma,sehingga konjugasi bilirubin berlangsung lebih cepat .Pemberian phenobarbital untuk mengobatan hiperbilirubenemia padaneonatus selama tiga hari baru dapat menurunkan bilirubin serum yang berarti. Bayi prematur lebih banyak memberikan reaksi daripada bayi cukup bulan. Phenobarbital dapat diberikan dengan dosis 8 mg/kg berat badan sehari, mula-mula parenteral, kemudian dilanjutkan secara oral. Keuntungan pemberian phenobarbital dibandingkan dengan terapi sinar ialah bahwa pelaksanaanya lebih murah dan lebih mudah. Kerugiannya ialah diperlukan waktu paling kurang 3 hari untuk mendapat hasil yang berarti.

Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus.Contoh paling baik ialah terapi sinar. Creme ( 1958 ) melaporkan bahwa pada bayi penderita icterus yang diberi s inar matahari lebih dari penyinaran biasa, icterus lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari. Penyelidikan sarjana-sarjana lain, misalnya Lucey ( 1968 ), Gianta dan Rath ( 1968 ), dan lain-lain menunjukkan bahwa terapi sinar dengan menggunakan sinar buatan juga memberi hasil yang baik. Dengan terapi sinar bilirubin serum dapat turun dengan cepat, 1 sampai 4 mg% dalam 24 jam.
Dengan penyinaran bilirubin dipecah menjadi dipyrole yang kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan traktus digestivus. Hasil perusakan bilirubin ternyata tidak toksik untuk tubuh dan dikeluarkan dari tubuh dengan sempurna. Penggunaan terapi sinar untuk mengobati hiperbilirubinemia harus dilakukan dengan hati-hati karena jenis pengobatan ini dapat menimbulkan komplikasai, yaitu dapat menyebabkan kerusakan retina, dapat meningkatkan kehilangan air tidak terasa ( insensible water losess ), dan dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan bayi, walaupun hal ini masih dapat dibalikkan. Kalau digunakan terapi sinar, sebaiknya dipilih sinar dengan spektrum antara 240-480 nannometer, sinar ultraviolet harus dicegah dengan plexiglas dan bayi harus mendapat cairan yang cukup.
Cara penggunaan foto terapi :
 Alat yang dipergunakan lebih atas 10 lampu neon biru masing-masing berkekuatan 20 Watt.
 Susunan lampu ini dimasukkan ke dalam bilik yang diberi ventilasi di sampingnya.
 Dibawah susunan lampu dipasang plexiglass setebal 1 1\2 cm untuk mencegah sinar ultraviolet.
 Alat terapi sinar diletakkan 45 cm di atas permukaan bayi.
 Terapi sinar di berikan selama 72 jam tau sampai kadar bilirubin mencapai 7,5 mg%. Selama terapi sinar mata bayi dan alat kelamin ditutupi dengan bahan yang dapat memantulkan sinar.
Transfusi tukar darah ( exchange transfusion )
Transfusi tukar darah Jakarta di berikan kasus-kasus berikut :
a. Diberikan kepada semua kasus ikterus dengan kadar bilirubin tidak langsung yang lebih dari 20 mg%
b. Pada bayi prematur tranfusi tukar darah dapat diberikan walaupun kadar albumin kurang dari 3,5 gram per 100 ml.
c. Pada kenaikan yang cepat nilirubin tidak langsung serum bayi pada hari pertama ( 0,3 – 1 mg% per jam ). Hal ini terutama terdapat pada inkompatibilitas golongan darah.
d. Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda-tanda dekompensasi jantung.
e. Bayi penderita icterus dan kadar hemoglobin darah tali pusat kurang dari 14 mg% dan Coombs test langsung positif.
Alat-alat dan obat-obat yang harus disediakan ialah :
1. Semprit dengan 3 cabang ( 3 way syringe )

2. Semprit 5 ml atau 10 ml ( 2 buah ) untuk glukonas calcicus 10% dan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 satuan dalam 250 ml NaCi fisiologik )
3. Kateter polyethylene kecil sepanjang 15-20 cm ( atau feeding tube No. 5-8 French )
4. Piala ginjal ( 2 buah ) serta botol kosong untuk menampung darah yang dibuang
5. Alat-alat pembuka vena dan
6. Zat asam, laringskop neonatus, ventilator bayi ( misalnya Penlon infant ventilator ), plastic airway, dan lain-lain yang diperlukan untuk resusitasi.
Teknik transfusi tukar darah
a. Lambung bayi harus kosong, 3-4 jam sebelum transfusi jangan diberi minum. Kalau mungkin, 4 jam sebelum transfusi bayi diberi infus albumin 1 gram/kg berat badan atau 35 ml plasma manusia per kg berat badan.
b. Semua tindakan harus dilakukan dengan cara ansepsis dan antisepsis.
c. Harus diawasi pernafasan, nadi, denyut jantung, dan keadaan umum bayi.
d. Bayi tidak boleh kedinginan. Kalau inkubator bayi kecil, dan transfusi tukar darah tidak dapat dilakukan di dalam inkubator, maka bayi dapat dikeluarkan dan dipanaskan dengan menggunakan lampu 20 Watt dalam jarak 2-3 meter dari bayi
e. Bila masih segar, tali pusat dipotong rata dengan dinding perut. Hati-hati terhadap pendarahan. Sebaiknya sebelum dipotong tali pusat dibuat jahitan seperti lasso pada pangkal tali pusat yang dapat dipergunakan sebagai simpul untuk mencegah pendarahan.
f. Salah satu ujung kateter polyethylene dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam vena umbilicalis. Sebelum dimasukkan ke dalam umbilicalis semprit 3 cabang dan kateter harus diisi dengan larutan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 satuan/ml dalam 250 ml NaCi fisiologik ). Hal ini perlu untuk mencegah embolus. Kateter dimasukkan dengan hati-hati ke dalam vena umbilicalis sampai terasa halangan ( biasanya sedalam 4-6 cm ), kemudian ditarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara demikian, darah akan mengalir keluar dengan sendirinya. Ambillah 20 ml untuk pemeriksaan laboratorium.
g. Periksalah tekanan vena umbilicalis dengan mencabut ujung luar kateter dari semprit dan mengangkatnya ke atas perut bayi. Tekanan ini biasanya positif ( darah dalam kateter naik kira-kira 6 cm di atas perut bayi ). Bila ada gangguan pernafasan, dapat terjadi tekanan negatif. Hati-hati jangan terjadi enbolus udara.
h. Keluarkan darah sebanyak 20 ml dan masukkan darah sebanyak 20 ml. Memasukkan dan mengeluarkan darah di perlahan –lahan kira-kira dalam waktu 20 detik.Kalau bayi lemah atau prematur,cukup sebanyak 10-15 ml sekali masuk dan keluar.Banyaknya darah yang dikeluarkan 190 ml per kg berat badan dan yang dimasukkan 170 ml per kg berat badan.
i. Semprit harus sering dibilas dengaan larutan hepatin encer dalam air garam fiologik.
j. Setelah darah masuk sebanyak 150 ml, kateter dibilas dengan larutan heparin encer itu. Kemudian dimasukkan gluconas calcicus 10 % secara perlahan –lahan (2 menit ) ,sesudah itu,dibilas dengan larutan heparin encer ( 1 ml).Denyut jantung harus selalu diawasi.
k. Bila tali pusat telah kering dan tidak dapat dapat dipakai lagi,dapat dipakai vena saphena magna,yaitu cabang vena femoralis.Lokasinya ialah 1 cm dibawah ligamentum inguinalis dan medial dari arteri femoralis.
PERAWATAN SETELAH TRANSFUSI DARAH.
a.vena umbilicus dikompres dengan larutan garam fisiologik supaya tetap basah seandaainya tetap diperlukan transfusi tukar lagi.Kateter siumbilikus dapat ditinggalkan dan ditutup secara steriel.
b.Bayi perlu diberi antibiotik spektrum luas.
c.Kadar haemoglobin dan bilirubin diperiksa setiap 12 jam.
d.Sesudah transfusi bayi dapat diberi terapi sinar.
Kalau perlu,transfusi tukar dapat diulang.
KATABOLISME HEME MENGHASILKAN BILIRUBIN.
Ketika hemoglobin dihancurkan didalam tubuh,globin diuraian menjadi asam amino pembentuknya yang kemudian akan di gunakan kembali ,dan zat besi dari heme akan memasuki depot zat besi yang juga untuk pemakaian kembali.
Bagian porfirin tanpa besi pada heme juga diuraikan,terutama didalam sel-sel retikuloendotel hati,limpa dan sumsum tulang.
Katabolisme heme dari semua protein heme dilaksanakan dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sebuah sistem enzim yang kompleks yang dinamakan heme oksigenase.Pada saat heme pada protein heme mencapai sitem heme oksigenase, zat besi biasanya sudah teroksidasi menjadi bentuk feri yang merupakan hemin. Sistem heme oksigenase dapat diinduksi oleh substrak. Sistem ini terletak sama dekat dengan sistem pengangkutan elektron mikrosum. Besi fero sekali lagi teroksidasi menjadi bentuk feri. Dengan penambahan lebih lanjut oksigen, ion feri dilepaskan, kemudian karbon monoksida dihasilkan.
Satu gram hemoglobin diperkirakan menghasilkan 35 mg bilirubin. Konversi kimia heme menjadi bilirubin oleh sel retikuloendotel dapat di amati secara in vivo karena warna ungu heme pada hema toma perlahan-lahan di ubah menjadi pigmen bilirubin yang berwarna kuning .
Bilirubin yang terbentuk di jaringan perifer akan di angkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolisme bilirubin lebih lanjut terutama terjadi di hati.
PERISTIWA METABOLISME DI BAGI MENJADI 3 PROSES.
 Ambilan bilirubin oleh sel parenkim hati.
 Konjugasi bilirubin dalam retikulum endoplasma halus.
 Sekresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu.

HATI MENGAMBIL BILIRUBIN.
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan air, tetapi kelarutan bilirubin di dalam plasma di tingkatkan oleh pengikatan nonkovalen dengan albumin. Setiap molekul albumin tampaknya mempunyai satu tapak dengan afinitas tinggi dan satu tapak dengan afinitas rendah untuk pengikatan bilirubin.
Dalam 100 ml plasma, kurang lebih 25 mg bilirubin dapat di ikat erat oleh albumin pada tapak dengan afinitas tinggi. Bilirubin jumlahnya berlebihan hanya terikat secara longgar dan karenanya mudah terlepas serta berdisfusi kedalam jaringan.
Sejumlah senyawa seperti antibiotik dan beberapa obat lainnya bersaing dengan bilirubin untuk dapat berikatan pada tapak pengikatan dengan afinitas tinggi pada albumin. Jadi senyawa – senyawa ini dapat menggeser bilirubin dan memberikan efek klinis yang bermakna..
Di hati bilirubin dilepaskan dari bilirubindari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid hepatosit qleh sistem dapat jenuh( saturable) yang diperantarai oleh zat pembawa.Sistem pangangkutan yang difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar sehingga sekalipun pada keadaan patologik,sistem tersebut tampaknya tidak membatasi kecepatannya dalam metabolisme bilirubin.
Mengingat sistem pengangkutan yang difasilitasi tersebut memungkan adanya ekuibilibrium bilirubin lewat membran sinusoid hepatosit,ambilan neto bilirubin akan bergantung pada pengeluaran bilirubin oleh lintasan metabolik berikutnya.
KONJUGASI BILIRUBIN DENGAN ASAM GLUKURONAT TERJADI DIHATI
Bilirubin bersifat non polar dan akan bertahan didalam sel (misal,terikat dengan lipid) jika tidak dibuat dapat larut didalam air.Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk polar yang dapat diekskresikan dengan mudah kedalam empedu dengan penambahan molekul asam glukoronat pada bilirubin pada bilirubin tersebut.Proses ini dinamkan konjugasi dan dapat memakai molekul polar yang bukan asam glikironat(misal,sulpat).Banyak hormon steroiddan obat yang juga dikonversikan lewat proses konjugasi menjadi derifat yang dapat larut dalam air untuk mempersipkan ekskresi hormon dan obat tersebut. Hati sedikitnya mengambil dua buah isoform enzim glukuronosiltrasferase yang keduanyabekerja pada bilirubin.Enzim ini terutama terdapat dalam retikulum endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam glukuronat sebagai donor glukorunosil.Bilirubin monoglukuronida merupakan intermediat danselanjutnya akan dikonfersikan menjadi bentuk diglukoronida.Meskipun demikian,kalau konjugat bilirubin terdapat secara abnormal didalam plasma manusia (misa,pada ikterus obtruktif) ,bentuk bilirubinbilirubin yang dominan adalah monoglukuronida.
Aktifitas UDP glukuronosiltransferase dapat diinduksi oleh sejumlahobat yang berkasiat dalam klinik,termasuk preparat fenobarbital.
BILIRUBIN DISEKRESIKAN KE DALAM GETAH EMPEDU.
Sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu terjadi melalui mekanisme pengangkutan yang aktif,yang mungkin bersifat membatasi kecepatan bagi keseluruh proses metabolisme bilirubin hepatik.Pengangkutan hepatik bilirubin terkonjugasi kedalam empedu bisa diinduksi oleh obat yang sama yang mampu menginduksi konjugasi bilirubin.Jadi sistem konjugasi dan ekskresi bagi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang terkoordinasi.
Dalam keadaan fisiologis,pada hakekatnyaseluruh bilirubin yang diekskresikan kedalam empedu berda dalam bentuk terkonjugasi.Hanya setelah fototerapi dapat ditemuakan bilirubin tak terkonjugasi dengan jumlah bermakna didalam empedu.Dihati terdapat lebih dari satu sistem untuk menyekresikan kedalam empedu senyawa yang ada secara alami dan senyawa farmasisetelah proses senyawa terjadi.Beberapa dari sistem sekresi ini dipakai bersama bilirubin diglukuronida,tetapi sebagian lainnya bekerja secara bebas.
BILIRUBIN TERKONJUGASI DIREDUKSI MENJADI UROBILINOGEN OLEH BAKTERI USUS.
Setelah bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminalis dan usus besar,glukuronida dilepaskan oleh enzim bakteri yang spesifik(enzim gukuronidase),dan pigmen tersebut selanjutnya direduksioleh flora feses menjadi sekelompok senyawa tetrapirol tidak berwarna yang dinamakan urobilinogen.Diileum terminalis dan usus besar. Diserap kembali dan diekskresikan kembali lewat hati untuk menjalani siklus urobilinogen enterohepatik. Pada keadaan abnormal, khususnya kalau terbentuk pigmen empedu yang berlebihan atau kalau ada penyakit yang mengganggu siklus enterohepatik ini, urobilinogen dapat pula diekskresikan kedalam urine.
Normalnya, sebagaian besar urobilinogen tidak berwarna yang terbentuk di dalam kolon oleh flora feses akan teroksidasi disana menjadi urobilin ( senyawa berwarna ) dan diekskresikan ke dalam feses. Warna feses berubah menjadi lebih gelap ketika dibiarkan terpajan udara disebabkan oleh oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin.
HIPERBILIRUBINEMIA MENYEBABKAN IKTERUS
Kalau kadar bilirubin di dalam darah melampui 1 mg/dL(17,1umol/L)maka timbul hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh produksi bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk mengekskresikannya, atau dapat terjadi karena kegagalan hati yang rusak untuk mengekskresikan bilirubin yang di hasilkan dengan jumlah normal. Pada keadaan tanpa kerusakan hati,obstruksi saluran ekskresi hati dengan mencegah ekskresi bilirubin juga akan menimbulkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin bertumpuk di dalam darah dan ketika mencapai suatu konsentrasi tertentu ( yaitu sekitar 2-2,5 mg/dL ), bilirubin akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian warnanya berubah menjadi kuning. Keadaan ini dinamakan jaundice atau ikterus.
Dalam sejumlah penelitian klinis terhadap ikterus, pengukuran kadar bilirubin serum mempunyai nilai yang penting. Metode pengukuran kuantitatif kandungan bilirubin dalam serum pertama-tama dilakukan oleh Van den Bergh dengan menerapkan tes Ehrlich untuk pemeriksaan bilirubin di urine. Reaksi Ehrlich berdasar pada rangkaian asam sulfanilat diazotisasi ( reagen diazo Ehrlich ) dengan bilirubin, sehingga menghasilkan senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan. Bentuk bilirubin yang bereaksi tanpa tambahan metanol ini kemudian dinamakan “ bentuk yang bereaksi langsung ( direk ) “. Bentuk bilirubin yang baru bisa diukur setelah penambahan metanol ini kemudian disebut “ bentuk yang bereaksi tak langsung ( indirek )”.
Bergantung pada tipe bilirubin yang ada di dalam plasma,yaitu bilirubin tak-terkonjugasi ataukah bilirubin terkonjugasi,keadaan hiperbilirubinemia dapat diklasifikasikan masing-masing sebagai hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh over produksi atau hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan oleh aliran balik ( refluks ) bilirubin ke dalam darah sebagai akibat dari obstruksi biliar.
Karena sifat hidrofobisitasnya hanya bilirubin tak-terkonjugasi yang bisa melewati sawar darah-otak untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat, oleh karena itu, ensefalopati akibat bilirubinemia ( kernikterus ). Karena itu, ikterus kolurik ( koluria adalah keadaan terdapatnya derivat empedu di dalam urine ) hanya terjadi pada hiperbilirubinemia regurgitasi, dan ikterus akolurik hanya dijumpai kalau terdapat bilirubin tak-terkonjugasi dengan jumlah yang berlebihan.
Ethiologi
 Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena, polycethemia, isoimmun hemolyticdisease, kelainan struktur dan enzim, sel darah merah, keracunan obat ( hemolisis kimia, kortikos temoid, kloram penikol ), hemolisis ekstra vaskuler, ceptalhema toma, ecchymosis.
 Ggn. Fungsi hati, difisiensi glukoromil tranferase, obstruksi empedu / atresia biliarti, infeksi, masalah metabolik, galaktosemia, hypothiroidisme, jamdice Asi.
BAGIAN AKHIR !
Penanganan ikterus neoantorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas ikterus ( kadar bilirubin serum ), jenis bilirubin, dan sebab terjadinya pemeriksaan yang perlu dilakukan didasarkan pada hari timbulnya ikterus dan naiknya kadar bilirubin serum.
Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
Pemeriksaan perlu dilakukan, baik pada bayi maupun pada Ibu.
Bayi. 1. Kadar bilirubin serum dan kadar albumin
2. Pemeriksaan darh tepi lengkap
3. Golongan darah ( ABO, Rh, dan lain-lain )
4. Coombs test ( langsung dan tidak langsung dengan titernya ).
Direct dan Indirect.
5. Kadar G-6-PD ( atau pemeriksaan skrining terhadap defisiensi G- 6-PD ).
6. Biakan darah atau Kultur darah.

Ibu 1. Golongan darah.
2. Coombs test tidak langsung dengan titernya.
Tindakan
1) Transfusi tukar darah bila telah dipenuhi syarat-syaratnya.
2) Bila belum dipenuhi syarat-syaratnya, diberikan terapi sinar. Bilirubin diperiksa setiap 8 jam. Kalau kenaikan kadar bilirubin tetap 0,3 – 1 mg % per jam, sebaiknya dilakukan transfusi tukar darah, apalagi kalau yang dihadapi inkompatibilitas golongan darah.
Ikterus yang timbul sesudah 24 jam pertama
Ikterus yang timbul sesudah hari pertama, tetapi madih pada hari kedua dan ketiga, biasanya merupakan ikterus fisiologok. Walaupun demikian, harus diawasi dengan teliti. Pemeriksaan bilirubin dilakukan hanya sekali, selanjutnya pengawasan klinik. Dalam hal ini amnesis kehamilan dan kelahiran yang lalu sangat menentukan tindakan selanjtnya. Bila bayi nampak sakit dan ikterus dengan cepat menjadi berat, maka pemeriksaan dan tindakan harus dilakukan seperti pada ikterus pada hari pertama.
Ikterus yang timbul sesudah hari ke- 4
Pada umunya ikterus yang timbul pada hari ke- 4 atau lebih bukan disebabkan oleh penyakit hemolitik neonatus. Kemungkinan besar itu disebabkan oleh infeksi: bakteri, virus, atau protozoa yang terjadi antenatal.Jadi pemeriksaan harus ditujukan ke arah sepsis neonatorum, pyelonephritis, hepatitis neonatorum, toxoplasmosis, dan lain-lain.
Kemungkinan lain ialah pengaruh obat, misalnya obat sulfa tau Novobiocin, dan defisiensi enzyma eritrosit, yaitu defisiensi G-6-PD, Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan ialah kadar bilirubin serum, jenis bilirubin dalam serum, biakan darah, biakan air kencing, dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan serologik terhadap virus dan toxoplasma. Pada persangkaan hepatitis neonatorum biopsi hepar perlu dilakukan. Pengobatan diarahkan pada penyakitnya, sekiranya hal itu mungkin. Pada hiperbilirubinemia, kalau yang meningkat itu bilirubin tidak langsung, maka sikap ialah sebagai berikut:
1) Kadar bilirubin lebih dari 20 mg%; dilakukan trasfusi tukar darah.
2) Kadar bilirubin 10-15 mg%: diberikan phenobarbital parenteral, 6 mg per kg BB/hari.
3) Kadar bilirubin 15-20 mg%: diberikan terapi sinar.
Kadar bilirubin diperiksa setiap 24 jam. Bila dalam pemeriksaan selanjutnya kadar bilirubin tetap baik, maka pengobatan dengan phenobarbital dapat ditukar dengan terapi sinar.Demikian pula kalau terapi sinar gagal, sehingga kadar bilirubin mencapai 20 mg%, dilakukan transfusi tukar darah.
Ikterus yang menetap atau bertambah sesudah minggu pertama
Selain dapat ditimbulkan oleh hal-hal yang telah disebut pada ikterus sesudahhari keempat, sebab-sebab lain sangat tergantung pada jenis bilirubin yang meningkat.
Kalau bilirubin terutama dalam bentuk tidak langsung dan faktor-faktor di atas telah disingkirkan, maka harus dipikirkan breasmilk jaundice, hypothyreoidismus, galaktosemia, sindroma Criggler Najjer, dan lain-lain. Kalau bilirubin terutama dalam bentuk bilirubin langsung, haruslah dipikirkan faktor obstruksi, misalnya hepatitis neonatorum dan obstruksi saluran empedu.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah kadar bilirubin darah ( langung dan tidak langsung), biakan darah, biopsi hepar, dan pemeriksaan serologik terhadap virus, toxoplasma, dan lain-lain.
YANG PERLU ANDA PERHATIKAN
- Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan jel;askan tentang daya tahan tubuh bayi.
- Jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian asi apabila sudah tidak ikterik.Namun bila penyebabnya dari jaundice asi tetap diteruskan pemberiannya.
- Jelaskan pada ortu tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan segera lapor dokter atau perawat.
- Jelaskan ubtuk pemberian immunisasi
- Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo Sarwono, l976, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Price Sylvia dan M.Wilson Lorraine, l994, Pato Fisiologi, EGC(Eds.IV),Jakarta.
Anderson Silvia, 1999, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
Murray Robert K, MD.PhD, 2001, Biokimia Harper ( Eds.25), EGC, Jakarta

Jumat, 21 November 2008

KDPK untuk RITA

PENGOBATAN (OBAT)
Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
Klasifikasi
Obat dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, atas dasar mekanisme aksi, efek dan status (legal atau tidak legal).
1. Analgesik obat pembunuh rasa sakit 
a. Non-NSAID antipiretik 
Acetaminophen (juga dikenal dengan parasetamol, atas atas nama dagang Tilenol), yang dapat menyebabkan masalah lever bila digunakan secara kronik
b. NSAIDS 
Aspirin atau ASA (acetylsalicylic acid), yang juga antipiretik
Ibuprofen (juga dikenal dengan nama dagang: Advil, Motrin, Nuprin and Brufen)
c. Opioids, narkotik pembunuh rasa sakit yang kuat dan membuat ketagihan yang juga digunakan sebagai obat rekreasi karena efek euphoriknya. 
Opiates (Morphine, Codeine)
Sintetik dan setengah-sintetik opioids (Heroin, Oxycodone, Vicodin, Demerol, Darvocet, Tramadol, Fentanyl)
2. obat rekreasi biasanya digunakan untuk mengubah emosi atau fungsi tubuh untuk rekreasi 
Alcohol
Nicotine
Caffeine
Hallucinogens (including LSD, Magic mushrooms and Dissociative drug)
Cannabis
MDMA
GHB
Heroin
Cocaine
Inhalant
3. Entheogenic untuk membuat rasa mistik atau shamanistic 
Magic mushrooms
Peyote
Ayahuasca
Amanita muscaria
Salvia divinorum
Datura
4. Obat peningkatan performa (untuk olah raga atau perang). 
Amphetamine
Ephedrine
Cocaine
Anabolic steroids
5. Obat gaya hidup digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup 
Viagra
Rogaine
Antidepressant
6. obat Psychiatric 
a. Antidepressants (Prozac, Paxil)
b. Tranquilizers 
Typical antipsychotic tranquilizers (Thorazine)
Atypical antipsychotic tranquilizers
c. Sedative (Valium)
7. Obat tradisional

PRINSIF PEMBERIAN OBAT
Enam Hal yang Benar dalam Pemberian Obat
  Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman , seorang perawat harus melakukan enam hal yang benar : 
1. klien/pasien yang benar
2. obat yang benar
3. dosis yang benar
4. waktu yang benar
5. rute/cara pemberian yang benar
6. dokumentasi/pencatatan yang benar . 
 
  Pada waktu lampau , hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian obat . Tetapi kini ada hal keenam yang dimasukkan , yaitu dokumentasi. Dua hal tambahan klien juga dapat ditambahkan : hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat , hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat . 
  Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien , dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri . Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon , maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan . Pada keadan gelang identifikasi hilang , perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan . 
  Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi ( sekolah , kesehatan kerja , atau klinik berobat jalan ) , perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.
 
  Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan . Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter , dokter gigi , atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat, (4) rute pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and Hayes, 1996 ).
  Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang / mengisap obat dan (3) setelah menuang / mengisap obat. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.
  Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.
  Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
  Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan ( Kee and Hayes, 1996 ; Trounce, 1997)
  Implikasi dalam keperawatan mencakup :
· Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
· Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan.
· Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan.
· Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.
· Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ).
· Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik.
  Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3) topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada mata , hidung , telinga , rektum atau vagina ) ; dan empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena . 
Implikasi dalam keperawatan termasuk :
· Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obat per oral . 
· Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral . 
· Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai . 
· Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan .
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan . Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda tangan perawat . Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti (1) narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri – atau (2) analgesik non-narkotik , (3) sedativa, (4) antiemetik (5) reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan , seperti irigasi gastrointestinal atau tanda – tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan (Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).
1.2. Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat 
1). Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat 
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan .
2). Hak Klien untuk Menolak Pengobatan 
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat
ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).
  Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

Rabu, 19 November 2008

virologi VS kebidanan


PANEL TORCH 

Tujuan : 
Mengetahui adanya infeksi dan status kekebalan terhadap parasit Toxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus dan virus Herpes tipe 2 yang dapat mempengaruhi kesehatan janin 

Jenis Pemeriksaan : 
Anti-Toxoplasma IgG & IgM, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti-CMV IgG & IgM, Anti-HSV2 IgG & IgM

http://www.prodia.co.id/info_terkini/isi_panel.html.

Fase-fase kehamilan 

Tentu saja tidak lengkap jikalau kita membicarakan praktek kehidupan tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi pada saat kita masih ada dalam perut ibu kita tercinta.







Dalam kehamilan, ada beberapa fase yang harus kita cermati dan perhatikan secara khusus. Tapi tidak berarti bahwa si calon ibu tidak boleh ini dan itu. Memang ada fase yang memantang si calon ibu dalam mengkonsumsi makanan tertentu tapi tidak di tiap fase.Ada 3 fase yang harus diketahui, yaitu:
1. Fase trisemester pertama
2. Fase trisemester kedua
3. Fase trisemester ketiga
Fase yang terpenting dalam kehamilan sebenarnya adalah fase petama dan fase ketiga.

Fase trisemester pertamaDimana pada fase pertama adalah fase dimana janin baru mulai terbentuk, dan tidak mendapatkan perlindungan maksimal. Karena kantung ketuban (bumper) baru mulai terbentuk namun belum sempurna, jadi si ibu harus ekstra hati-hati jika masuk ke fase ini. Daya lekat sel telur yang sudah menjadi embrio ke sisi dinding rahim juga belum terlalu kuat, jadi keguguran mungkin saja terjadi jika si ibu tidak menjaga dirinya dengan baik.Pantangan makanan juga terpaksa harus dilakukan pada trisemester pertama ini karena perlu diketahui pula bahwa pada trisemester pertama ini, yang terbentuk adalah otak, mata, struktur tulang belakang dan organ vital lainnya. Saat pembentukan sel-sel ini diharapkan si ibu harus mensterilkan dirinya karena makanan-makanan yang mengandung bakteri dan virus akan dengan mudah menjangkiti si janin. Parahnya jika virus itu adalah virus-virus yang dapat mengganggu perkembangan otak dan pembentukan tulang belakang si janin.
Fase trisemester keduaFase ini adalah fase teraman bagi calon ibu, karena pada fase ini perlindungan bagi si janin sudah terbentuk sempurna. Baik dari pembentukan kantung ketuban, pembentukan otak, mata, tulang belakang dan organ vital lainnya. Pada fase ini adalah fase pengembangan dari yang sudah dibentuk di fase sebelumnya. Jadi jangan kaget bahwa pada fase ini, perkembangan si janin akan sangat pesat bisa jadi hanya berbeda 1 minggu saja tubuh si ibu akan berubah drastis. Fase ini pula si ibu bebas untuk makan apa saja, karena segala yang di makan ibu tidak lagi terlalu berpengaruh kepada si janin.Nah di fase ini pula kontrol ke dokter juga bisa diperjarang, lagipula biasanya vitamin yang diberikan juga sudah tidak ada perubahan lagi. Paling jika ada kasus-kasus khusus yang butuh pertolongan dokter seperti ada nyeri-nyeri yang tidak normal pada rahim selain itu tidak ada yang penting.
Fase trisemester ketigaFase ini merupakan fase yang lumayan beresiko lagi untuk si calon ibu, karena ukuran si janin yang sudah cukup besar dan juga keseimbangan si ibu juga sudah mulai terganggu. Jadi kudu harus dijaga kalau si ibu jangan sampai jatuh, karena hal ini secara langsung akan berakibat juga pada si janin. Terlebih jika sudah masuk ke bulan-bulan akhir, kontrol ke dokter juga harus lebih sering lagi.Untuk makanan, diharapkan si ibu untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak kaborhidrat dan gula. Karena ke dua unsur ini akan memperbesar ukuran janin, dan persalinan secara normal akan lebih sulit karena ukuran bayi bisa tidak sebanding dengan ukuran maksimal rahim. Bahkan bukan tidak mungkin mengganggu organ tubuh dari calon ibu, misalnya sesak nafas dan lain sebagainya karena ukuran janin yang besar bisa menekan organ-organ tubuh si calon ibu di sekitarnya.


** Yang dipantang di trisemester pertama adalah:
Makanan yang berpotensi tidak matang 100% seperti sate, shabu-shabu, steak, ayam bakar, gado-gado, kredok dan lain sebagainya
Memegang binantang yang menjadi carrier virus seperti kucing, burung dan anjing. Karena dipercaya akan dapat menginfesikan virus toksoplasma.
Menggendong balita, terlebih untuk balita yang sedang flu. Sadar atau tidak, bahwa balita telah menjadi carrier virus rubella. Terutama pada air liur mereka, jadi berhati-hatilah.


Semoga artikel ini berguna bagi calon ibu yang akan segera menimang bayi. Diatas kanan merupakan gambar perkembangan bayi yang diterbitkan oleh salah satu produsen susu bayi.

______________________________________________________________________

Virus Rubella Ancam Janin Ibu Hamil Hindari Tempat Keramaian
Oleh arixs
Senin, 23-June-2008, 14:47:34 670 klik  


KETAHANAN tubuh sangat diperlukan perempuan hamil. Antibodi rendah rentan terjangkit berbagai macam virus. Dampaknya dapat mengganggu perkembangan kesehatan janinnya. 



Menurut ahli kebidanan dan penyakit kandungan dr. I Nyoman Hariyasa Sanjaya, Sp.OG, jika virus menyerang ibu hamil pada trimester pertama, dapat memengaruhi proses pembentukan janin. ”Bisa berakibat bayi cacat saat dilahirkan,” jelasnya. 

Rubella merupakan salah satu jenis virus yang kerap menyerang ibu hamil. Meski infeksi rubella menunjukkan gejala ringan seperti flu, muncul bintik merah di seluruh tubuh, serta sakit kepala. “Gejalanya memang ringan. Ini membuat masyarakat mengabaikan ancaman virus yang satu ini,” tambahnya. 

Janin yang sudah tertular virus yang dikenal dengan sebutan campak Jerman ini akan mengalami gangguan pada proses pembentukan organ tubuh. Sekitar 90% dapat berpotensi bayi lahir tidak sempurna. Virus rubella bahkan dapat mengakibatkan ibu hamil keguguran. 

“Jika virus tersebut menyerang ibu dengan kehamilan di bawah 12 minggu, terutama 8 minggu pertama, tingkat keparahan cacat bawaan lebih tinggi dibandingkan virus rubella masuk pada usia kehamilan yang lebih lanjut,” paparnya. 

Virus rubella biasanya masuk lewat darah ibu hamil. Virus ini lalu melewati plasenta, bahkan dapat langsung mengenai janin. Virus otomatis mengganggu janin yang sedang tumbuh atau mulai membentuk organ vital, termasuk pembentukan sususan saraf pusat atau otak. 

Gejalanya hampir 2/3 pasien mengalami keluhan yang ringan meskipun virus telah berada di darah (subclinicle viremia) yang mengancam terjadinya infeksi pada janin. Beberapa kelainan yang biasanya dialami janin yang terjangkit virus rubella, antara lain bayi lahir dengan kerusakan mata, jantung mengalami kebocoran di katup atau tersumbatnya pembuluh darah paru-paru. 

Bayi juga dapat mengalami gangguan pendengaran karena sensor saraf di otak terganggu, kerusakan dalam sistem saraf pusat, infeksi di selaput otak dan jaringan otak yang menyebabkan keterbelakangan mental. Bayi yang dilahirkan bisa mengalami perubahan abnormal di tulang. Hal ini mengganggu pertumbuhan bayi. 

Penularan virus rubella mirip influenza, yakni disebarkan lewat udara. Virus ini biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. “Kami sarankan ibu hamil menghindari tempat-tempat keramaian, seperti supermarket, pasar, dan rumah sakit. Tempat-tempat ini rentan menyebarkan beragam virus berbahaya,” sarannya. 

Pencegahan penularan virus rubella disarankan dapat dilakukan dengan meningkatkan antibodi. Imunisasi Imunoglobulin G (IgG) untuk screening virus rubella penting dilakukan. 

“Jika pada screening tersebut dalam darahnya ditemukan IgG rubella dengan kadar cukup besar, berarti tak perlu dilakukan vaksinasi karena telah memiliki antibodi yang cukup bagus. Sebaliknya, jika IgG ditemukan dengan kadar rendah, perlu dilakukan imunisasi rubella,” jelasnya. 

Tubuh manusia telah mempunyai kemampuan untuk menghancurkan virus yang masuk dalam tubuh. Jika daya tahan tubuh bagus, virus apa pun sulit menyerang tubuh. 
Pada anak-anak pemberian imunisasi yang telah digabungkan dengan MMR (mumps, measels, dan rubella) juga perlu dilakukan guna menghindari berbagai kemungkinan penularan virus. 

Jenis virus rubella masuk dalam kelompok TORS seperti HIV, hepatitis. “Orang dewasa dan anak-anak tak terlalu mengkhawatirkan. Namun, rubella menjadi virus dahsyat jika menyerang ibu hamil,” ujar Hariyasa. —lik

Sabtu, 18 Oktober 2008

GAMBAR MANUSIA

Rangka Tubuh Manusia

Mengapa kita bisa bergerak? Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat, berjalan, bergoyang, berlari, dan sebagainya. Berikut dijelaskan mengenai rangka tubuh manusia.

Rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai berikut:

  1. Memberi bentuk tubuh
    Rangka menyediakan kerangka bagi tubuh sehingga menyokong dan menjaga bentuk tubuh.
  2. Tempat melekatnya otot
    Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh manusia menjadi tempat melekatnya otot. Tulang dan otot ini bersama-sama memungkinkan terjadinya pergerakan pada manusia.
  3. Pergerakan
    Pergerakan pada hewan bertulang belakang (vertebrae) bergantung kepada otot rangka, yang melekat pada rangka tulang.
  4. Sistem kekebalan tubuh
    Sumsum tulang menghasilkan beberapa sel-sel imunitas. Contohnya adalah limfosit B yang membentuk antibodi.
  5. Perlindungan
    Rangka tubuh melindungi beberapa organ vital yakni:
    • Tulang tengkorak melindungi otak, mata, telinga bagian tengah dan dalam.
    • Tulang belakang melindungi sumsum tulang belakang.
    • Tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang dada melindungi paru-paru dan jantung.
    • Tulang belikat dan tulang selangka melindungi bahu.
    • Tulang usus dan tulang belakang melindungi sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan pinggul.
    • Tulang tempurung lutut dan tulang hasta melindungi lutut dan siku.
    • Tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki melindungi pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
  6. Produksi sel darah
    Rangka tubuh adalah tempat terjadinya haematopoiesis, yaitu tempat pembentukan sel darah. Sumsum tulang merupakan tempat pembentukan sel darah.
  7. Penyimpanan
    Matriks tulang dapat menyimpan kalsium dan terlibat dalam metabolisme kalsium. Sumsum tulang mampu menyimpan zat besi dalam bentuk ferritin dan terlibat dalam metabolisme zat besi.

Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular). Bagian aksial terdiri atas 80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan bagian apendikular terdiri atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya.

Bagian aksial terdiri dari:
1. Tulang tengkorak terdiri dari:

a. Tulang tempurung kepala (os cranium)

  • Tulang dahi (os frontale)
  • Tulang kepala belakang (os occipitale)
  • Tulang ubun-ubun (os parietale)
  • Tulang tapis (os ethmoidale)
  • Tulang baji (os sphenoidale)
  • Tulang pelipis (os temporale)

b. tulang muka (os splanchocranium)

  • Tulang hidung (os nasale)
  • Tulang langit-langit (os pallatum)
  • Tulang air mata (os lacrimale)
  • Tulang rahang atas (os maxilla)
  • Tulang rahang bawah (os mandibula)
  • Tulang pipi (os zygomaticum)
  • Tulang lidah (os hyoideum)
  • Tulang pisau luku (os vomer)

2. Tulang dada (os sternum)

Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:

  • hulu (os manubrium sterni)
  • badan (os corpus sterni)
  • taju pedang (os xiphoid prosesus)

3. Tulang rusuk (os costae)

  • Tulang rusuk sejati (os costae vera)
  • Tulang rusuk palsu (os costae sporia)
  • Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes)

4. Tulang belakang (os vertebrae)

  • Tulang leher (os cervical)
  • Tulang punggung (os thoraxalis)
  • Tulang pinggang (os lumbar)
  • Tulang kelangkang (os sacrum)
  • Tulang ekor (os cocigeus)

5. Tulang gelang bahu

  • Tulang belikat (os scapula)
  • Tulang selangka (os clavicula)

6. Tulang gelang panggul

  • Tulang usus (os illium)
  • Tulang pinggul (os pelvis)
  • Tulang duduk (os ichium)
  • Tulang kemaluan (os pubis)

Bagian apendikuler terdiri dari:

1. Tulang lengan

  • Tulang lengan atas (os humerus)
  • Tulang hasta (os ulna)
  • Tulang pengumpil (os radius)
  • Tulang pergelangan tangan (os carpal)
  • Tulang telapak tangan (os metacarpal)
  • Tulang jari tangan (os phalanges manus)

2. Tulang tungkai

  • Tulang paha (os femur)
  • Tulang tempurung lutut (os patella)
  • Tulang kering (os tibia)
  • Tulang betis (os fibula)
  • Tulang pergelangan kaki (os tarsal)
  • Tulang telapak kaki (os metatarsal)
  • Tulang jari kaki (os phalanges pedis)

Anatomi Tubuh Manusia

1. Sistem Kerangka

Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari:

  • Tulang kepala: 8 buahkerangka-dada.jpg
  • Tulang kerangka dada: 25 buah
  • Tulang wajah: 14 buah
  • Tulang belakang dan pinggul: 26 buah
  • Tulang telinga dalam: 6 buah
  • Tulang lengan: 64 buah
  • Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah

Fungsi kerangka antara lain:

  • menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
  • melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
  • tempat melekatnya otot-otot
  • untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
  • tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
  • memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah

Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka.

tl-bahu.jpgGelang bahu terdiri atas tulang selangka yang melengkung berupa huruf S, dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper berbentuk segi tiga. (gambar di samping bagian dari sebuah animasi still image)

Gelang bahu berhubungan dengan rangka batang badan hanya pada satu tempat saja. Ujung sebelah tengah tulang selangka dihubungkan dengan pinggir atas tulang dada oleh sendi dada-selangka. Ujung sebelah luar tulang selangka berhubungan dengan dengan sebuah taju tulang belikat (ujung bahu) dengan perantaraan sendi akromioklavikula.

Sendi lutut

sendi-lutut.jpgUjung bawah tulang paha mempunyai dua buah benjol sendi yang bertopang pada bidang atas tulang kering. Dengan demikian terbentuklah sebuah sendi yang dinamakan sendi lutut. Pada dinding depan sendi lutut terdapat tempurung lutut. (gambar di samping bagian dari sebuah animasi still image)

2. Sistem Otot

otot-punggung.jpgOtot punggung sejati merupakan dua buah jurai yang amat rumit susunannya, terletak di sebelah belakang kanan dan kiri tulang belakang, mengisi ruang antara taju duri dan taju lintang. Otot-otot punggung sejati itu hampir sama sekali tertutup oleh otot-otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk otot-otot anggota gerak atas dan bawah. Kedua jurai otot tersebut dinamakan penegak batang badan dan amat penting artinya untuk sikap dan gerakan tulang belakang. (gambar di atas bagian dari sebuah animasi still image)

3. Sistem Peredaran darah

Jantung berbentuk runjung yang terbalik letaknya. Letak jantung dalam tubuh sedemikian rupa sehingga ujung runjung tersebut (ujung jantung) mengarah ke bawah, ke depan dan ke kiri. Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit ke kanan. Pada basis jantung inilah berhimpun aorta, batang nadi paru-paru, batang pembuluh balik atas dan bawah beserta ke dua (atau empat pembuluh balik paru-paru).

jantung.jpgBagian dalam jantung terdiri atas 4 ruang: serambi kiri, bilik kiri, serambi kanan dan bilik kanan. Serambi kiri dan bilik kiri satu sama lain berhubungan, demikian juga serambi kanan dan bilik kanan. Bagian kiri jantung dipisahkan dari bagian kanan oleh sekat rongga jantung. (gambar di samping bagian dari sebuah animasi still image)

4. Sistem pernapasan

Paru - paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli). Gelembung-gelembung hawa terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kanan dan kiri).

Paru-paru terletak pada rongga dada. Pada rongga dada tengah terletak paru-paru sedangkan pada rongga dada depan terletak jantung.

paru-paru.jpgParu-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terbagi atas tiga belah paru (lobus) yaitu belah paru atas, belah paru tengah dan belah paru bawah. Paru-paru kiri terbagi atas dua belah paru yaitu belah paru atas dan belah paru bawah. (gambar bagian dari animasi still image)

HANYA UNTUK RITA (Abid URINDO)

KB NASIONAL DAN PERAN PRIA DALAM BER-KB (BIDAN DENGAN KELUARGA)

Sejalan dengan era globalisasi, reformasi dan demokrasi yang menjadi paradigma universal saat ini, dalam melakanakan visi dan misi program, pengelolaan Keluarga Berencana Nasional (KBN) pada masa-masa mendatang akan semakin memperlihatkan isu-isu yang berkembang di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan demikian, isu-isu penting seperti hak-hak reproduksi remaja, pemberdayaan perempuan, kesertaraan dan keadilan gender termasuk di dalamnya partisipasi pria, perlindungan terhadap masyarakat miskin dan hak asasi manusia akan senantiasa menjadi acuan pelaksanaan program KB.

Demikian sekelumit kerangka acuan yang bakal dijalankan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nsional (BKKBN) ke depan sebagaimana di jelaskan Kepala BKKBN, DR. Sri Seoamrjati Arjoso, SKM, dalam Rapat Kerja Program Keluarga Berenana Nasional (Rakernas KB) yang dilangsukan awal Februari 2004.

Menyimak ke belakang perjalanan KB Nasional memang tak menghapus kenyataan bahwa program ini mampun menurunkan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Keberhasilan pengendalian pertumbuhan penduduk ditunjukkan dengan menurunnya tingkat kelahiran (TFR) yang cukup bermakna. Pada tahun 1971, aat program KB di awali, angka TFR diperkirakan mencapai 5,6 anak per wanita usia subur. “Saat ini, angkanya telah turun hingga 50 persen yakni mencapai 2,6 anak per wanita usia subur,” kata Soemarjati.

Demikian halnya dengan angka prevalensi pada kurun waktu yang sama bertambah dari 5 persen menjadi 26 persen pada 1980, kemudian 48 persen pada 1987, tahun 1997 mencapai 57 persen hingga saat ini diperkirakan sebesar 60 persen (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia –SDKI- 2002-2003).

Lebih jauh menguak keberadaan program KB Nasional, etrdapat beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan seperti kekuatan, kendala, tantangan serta peluang. Kekuatan yang ada, dikatakan Soemarjati telah menunjukkan keadaan yang lebih menggembirakan seperti telah makin diterimanya p[rogram KB di masyarakat. Hal ini juga didukung srana dan parasaran seperti tenaga penyuluh lapangan dan system pengelolaan KB yang baik hingga ke tingkat akar rumput.

Demikian halnya dengan ddukungan dan komitmen dunia internasional terhadap program KB di Indonesia, merupakan sebuah kekuatan yang dapat diperhitungkan. Sesuai dengan pertemuan di Kairo tahun 1994 (ICPD 1994), program KB dan kesehatan reproduksi pada umumnya merupakan bagian dari kesepakatan global untuk mengatasi berbagai masalah yang dianggap menghambat upaya meningkatkan kesejahteraan umat manusia. “Dukungan tersebuat tidak hanya sekedar gar Indonesia melaksanakan program KB sebagaimana negara lain, tetapi lebih dari itu, program KB Nasional diharapkan tetap menjadi salah satu contoh dari pelaksanaan KB di negara lainnya yangs eang berkembang,” tegas Soemarjati.

Sementara itu, berbagai kendala juga siap menghalangi program KB jika tak segera dipikirkan jalan keluarnya. Sebut saja masalah penyebaran penduduk yang tidak merata (sekitar 60 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa dan Bali), kesenjangan pembangunan antara kawasan Timur dan dan Barat, hingga ancaman terjadinya ledakan penduduk.

Selain itu, terdapat jga kendala yang berputarbpada masalah sumber daya manusia dimana masih terdapat kenyataan bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah jika dihiutng secara nasional. Hal ini adalah juga dampak dari masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia.

Demikian halnya dengan pemberdayaan perempuan sebagai tiang utama pembangunan manusia, masih sangat rendah. Yang sangat memprihatinkan adalah masih tingginya angka kematian ibu, bayi serta tingginya angka pernikahan dini di kalangan perempuan Indonesia.

Segala kendala di atas tentunya tidak harus dihadapi sebagai sebuah momok. Justru sebaliknya, semaunya itu melahirkan suatu tantangan. Untuk program ke depan, masalah desentralisasi masih menjadi isu tantangan yang paling hebat. Pasalnya, keanekaragaman daerah di Indonesia masih terus dimanajemen agar tidak terlalu jauh keluar dari jalur yang telah ditetapkan.

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 dan Undang-Undang No 10 tahun 1992 tentang perkambangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, telah diciptakan landasan yang legal dan kaut tentang upaya-upaya keberlangsungan peningkatan kualitas penduduk dan pembangunan keluarga sejahtera.

Hal itu, tentunya menjadi sebuah peluang yang utama bagim pelakanaan program KB dan kependudukan lainnya. “Landasan yang legal dan kuat ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dan peluang untuk diperjuangkan dalam perumusan GBHN dan Propenas 2005-2009,” ujar Sri Soemarjati.

Sementara itu, perubahan sikap dan perilaku masyarakat tentang struktur dan fungsi keluarga besar ke keluarga kecil merupakan peralihan yang sangat penting dan mendasar. Bagaimana tidak, bila nantinya perubahan tersebut akan melahirkan peluang yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk dan keluarga melalui pendidikan, pengetahuan, status kesehatan serta pendapatan keluarga.

Yang paling penting adalah sikap dan perilaku keluarga kecil ini nantinya dapat juga dimanfaatkan dalam pemberdayaan keluarga khususnya meningkatkan peran dan kedudukan perempuan agar menjadi mitra yang sejajar dengan kaum pria dalam segala aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial serta budaya.

Peran Serta Pria

Dari sekian banyak sasaran yang akan dicapai oleh program KB dalam jangka panjang demi tercapainya Keluarga Berkualitas 2015, adalah upaya mencapai peningkatan kesertaan pria dalam ber-KB.

Sebelumnya, berdasarkan SDKI 2002-2003, peserta KB Pria di Indonesia hanya berada pada kisaran 1,3 % dari target propenas 2000-2004 yang mencapai angka 8 %. Untuk itu, tahun 2005, peran serta pria ditargetkan kembali menjadi 2,5 %.

Dikatakan Soemarjati, apa yang telah dicapai program KB pria dengan angka 1,3 tersebut tidak bisa dianggap kecil. Pasalnya, mengubah paradigma yang berkaitan dengan budaya patriarki dimana peran pria demikian besar ketimbang wanita, bukan pekerjaan mudah. Selama ini, wanita sudah demikian wajar untuk berperan serta aktif menjadi pesreta KB, tentunya dengan niat melayani suami dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu, sasaran program KB pria, dikatakan Soemarjati, bisa bergantung pada keberadaan data mengenai pasangan usia subur yang ingin ber-KB tetapi belum dapat terpenuhi (unmetneed) yang angka statistiknya diperkirakan mencapai 8,6 % berdasarkan

Pemerintah dalam hal ini BKKBN memang tak main-main dalam meningkatkan peran serta pria dalam ber-KB. Selain masuk dalam daftar sasaran kangka pendek, dalam visi dan misi pencapaian Keluarga Berkualitas 2015 dikmukakan juga tentang peningkatan upaya mewujudkan kesetaran dan keadilan jender dalam pelaksanaan program KB nasional. Hal ini berarti, dalam waktu-waktu ke depan, pasangan suami istri diharapkan memiliki wawasan dan tanggung jawab bersama dalam pemenuhan hak-hak reproduksi, pelayanan KB serta kesehatan reproduksi dan kesejahteraan keluarga.

Tidak hanya itu, dalam rancangan sasaran program KB pada 2010 dan
2015 telah ditetapkan sekitar 4,5% hingga 7,5 %. “Sasaran yang harus dicapai tersebut, diharapkan bisa terlaksana, mengingat peran serta daerah kini mulai dikembangkan lewat otonomi daerah termasuk dalam soal KB dan kependudukan,” tandas Soemarjati. (dian)

````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````

PANDANGAN AGAMA TERHADAP BIDANG MEDIS KEBIDANAN (BIDAN DENGAN MASYARAKAT)

Ditulis pada oleh Erlina

PANDANGAN AGAMA

TERHADAP BIDANG MEDIS KEBIDANAN

A. PENDAHULUAN

Allah mengatakan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaaf : 10

“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku bagaimana pendapatmu jika al-Qur’an itu dating dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui ( kebenaran ) yang serupa dengan ( yang dsebut ) dlaam al-Qur’an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

Allah juga mengatakan dalam surah al-An’am : 125

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama ) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah sudah mendaki ke langit. Begitulah Allah melimpahkan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.

Dialog asli dengan para ilmuwan ini direkam pada videotape yang diberi judul “ Inilah Kebenaran “. Di dalam video itu jauh lebih efektif dan lebih jelas untuk pemirsa. Untuk membuat pertukaran ide pada bermacam-macam orang, kami memutuskan untuk memproduksi buku ini yang berisi kesaksian para ilmuwan yang berpartisipasi dalam diskusi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dimunculkan dalam videotape, tanpa ada perubahan sama sekali. Videotape itu juga berisi ulasan secara luas dari Syeikh Abdul Majid az-Zindani. Ulasan ini juga direkam di sini videotape ini juga tertulis di buku ini sesuai dengan kitab suci al-Qur’an terjemahan bahasa Inggris oleh Abdullah Yusuf Ali ( beberapa pemakaian linguistic lama telah diedit demi kejelasan ) yang telah direvisi dan diedit Presiden Islamic Research, IFTA, CALL, dan Guidance, Saudi Arabia.

B. Islam dan Ilmu Pengetahuan

Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam AS dilarang memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alas an inilah ornag Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang dating dari orang Islam.

Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti pengetahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukai dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan gereja yang dianggap sebagai hal yang tabu. Akhirnya, ketika pemikir bebas dan ilmuwan Barat sanggup mengatasi kekuatan gereja, mereka membalas dendam yang berlawanan untuk mengatasi kekuatan gereja dan mengurangi pengaruhnya kepada hal yang sempit dan membatasi pada sudut-sudut tertentu.

Oleh karena itu, jika Anda membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu, menghormati mereka sebagai saksi setelah malaikat yang berhubungan dengan fakta baru tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada kita:

“Tuhan menyatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia, dan malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan”.

Dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Pemurah berfirman kepada kita:

“Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah”.

Telah diketahui dari Al-Quran bahwa Nabi Adam AS diistimewakan melibihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari Al-Quran menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut Al-Quran, kenyataan bahwa nabi Adam diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan cara pemikir barat, mereka cendrung mengharapkan argument yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukan dengan fakta yag jelas sekali dari Al-Quran dan Sunnah.

Di antara pemikir Barat yang menampakan keterkejutannya itu adalah Prof. Dr. Joe Leugh Simpson, ketua jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Pakar Molecular dan Genetika Manusia, Baylor ollege Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengannya, Profesor Simpson menuntut pembuktian Al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi, kami sanggup menghilangkan kecurigaannya. Kami menunjukan kepadanya sebuah naskah garis besar perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa Al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa turunan atau hereditas dan sifat keturunan atau kromosom yang tersusun hanya bisa terjadi setelah perpaduan yang berhasil antara sperma dan ovum. Sebagaimana yang kita ketahui, kromosom-kromosom ini berisi semua sifat-sifat baru manusia yang akan menjadi mata, kulit, rambut dan lain-lain.

Oleh karena itu, beberapa sifat manusia yang tersusun itu ditentikan oleh kromosomnya. Kromosom-kromosom ini mulai terbentuk sebagai permulaan pada tingkatan nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, cirri khas manusia baru terbentuk sejak dari tingkatan nutfah yang paling awal. Allah Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia berfirman dalam Al-Quran:

“Celakalah kiranya manusia itu! Alangkah ingkarnya (kepada Tuhan). Dari apakah dai diciftakan? Dari setetes mani. (Tuhan) menciftakannya dan menentukan ukuran yang sepadan dengannya.

Pendapat yang telah berulang-ulang dikemukakan pembicara yang lain pagi ini, bahwa kedua hadits ini telah menghasi;lkan dasar pengetahuan ilmiah yang mana rekaman mereka sekarang ini didapatkan.

Prof. Simpson megatakan bahwa agama dapat menjadi petunjuk yang baik untuk pencarian ilmu pengetahuan. Ilmuan barat telah menolak ini. Seorang ilmuan Amerika mengatakan bahwa agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Dengan analogi, jika anda pergi ke suatu pabrik dan anda berpedoman pada mengoperasikan pabrik itu, kemudian anda akan paham dengan mudah bermacam-macam pengoperasian yang berlangsung di pabrik itu. Jika anda tidak memiliki pedoman ini, pasti tidak memiliki kesempatan untuk memahami secara baik variasi proses tersebut. Prof. Simpson berkata: “Saya pikir tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan agama, tetapi pada kenyataannya agama dapat menjadi petunjuk ilmu pengetahuan dengan tambahan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah yang tradisional. Ada kenyataan di dalam Al-Quran yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid, yang mana Al-Quran mendukung ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.”

Ini kebenaran. Orang-orang Islam tentunya dapat memimpin dalam cara pencarian ilmu pengetahuan dan bagaimana menggunakan pengetahuan itu dalam status yang sesuai. Terelebih lagi orang Islam mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti keberadaan Allah, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman di dalam Al-Quran:

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran. Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Qur’an ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu.” ( QS. Fushsilat:53 ).

Setelah menyadari melalui beberapa contoh keajaiban al-Qur’an secara ilmiah yang telah diketahui berhubungan dengan komentar yang objektif dari para ilmuwan, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut :

a. Dapatkah hal ini menjadi sebuah kejadian yang kebetulan bahwa akhir-akhir ini penemuan informasi secara ilmiah dari lapangan yang berbeda yang tersebutkan di dalam Al-Qur’an yang telah turun pada 14 abad yang lalu?

b. Dapatkah Al-Qur’an ini ditulis atau dikarang Nabi Muhammad SAW atau manusia yang lain?

Hanya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan itu bahwa Al-Qur’an secara harfiah adalah kata-kata atau firman Allah yang diturunkan kepadanya. Al-Qur’an adalah perkataan yang harfiah dari Allah yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an ini dihapal oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabat nya. Para sahabat inilah yang selanjutnya secara bergiliran menghapalkannya, menulis ulang, dan memeriksa/meninjau lagi dengan Nabi Muhammad SAW.

Terlebih dahulu, Nabi Muhammad SAW memeriksa kembali al-Qur’an dengan malaikat Jibril sekali setiap bulan Ramadhan dan dua kali di akhir hidupnya pada kalender Hijriah yang sama. Sejak al-Qur’an diturunkan sampai hari ini, selalu ada banyak orang Islam yang menghapalkan semua ayat al-Qur’an surat demi surat. Sebagian dari mereka ada yang sanggup menghapal al-Qur’an pada waktu berumur 10 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada satu surat pun di dalam al-Qur’an yang berubah selama berabad-abad sampai sekarang.

Al-Qur’an telah diturunkan 14 abad yang lalu menyebutkan fakta yang baru ditemukan akhir-akhir ini yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Hal ini membuktikan tidak ada keraguan bahwa al-Qur’an adalah firman yang harfiah dari Allah, yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar nabi dan utusan yang diturunkan Allah. Hal ini adalah di luar alasan bahwa setiap manusia 14 abad yang lalu telah mengetahui beberapa fakta ini yang ditemukan atau dibuktikan akhir-akhir ini dengan peralatan canggih dan metode yang rumit.

C. Fase Penciptaan Manusia

Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rasul untuk seluruh dunia sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur’an.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuknya rahmat bagi semesta alam”. ( QS. Al-Anbiyaa’:107 )

Dan Nabi Muhammad SAW juga utusan Allah untuk orang Badui yang tinggal di gurun sebagaimana dia utusan

Rumah Sakit Kita (BIDAN DENGAN PASIEN)

Senin, 25 Pebruari 2008

Oleh Aulia Sofyan Nasib Muhammad Afzal, bayi berusia lima bulan yang menderita Hydrocepllus (pembekakan kepala)

semakin tidak jelas. Kita sangat terenyuh melihat kondisi bayi tersebut. Apalagi, pihak medis sudah menyerah dengan

keadaan bayi itu. Pertanyaan yang patut kita hidangkan ke hadapan pihak rumah sakit adalah mengapa sekian lama

sang bayi menderita, terbiarkan tanpa penanganan yang sepatutnya. Dalam pada itu, marilah kita lihat kinerja RS

terkemuka di kota kita terhadap pelayanan pasien-pasiennya.

Salah satu tujuan pembangunan kesehatan dikatakan menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,

dan terjangkau. Oleh sebab itu, ketersediaan pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit perlu mendapat perhatian

pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu sampai ke daerah-daerah terpencil

sekali pun.

Kenyataannya, Aceh saat ini belum memiliki sistem penataan pola pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini dapat dilihat

dari dua hal, yaitu belum meratanya pelayanan kesehatan berkualitas sampai ke daerah terpencil, dan masih banyak

masyarakat yang belum mampu menjangkau pelayanan kesehatan.

Selama ini kita dihadapkan dengan rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Sebut saja para perawat yang masih sulit

tersenyum kepada pasien Askeskin, para dokter yang masih sulit berkomunikasi dengan pasiennya dengan paradigma

mereka “pasien kan yang butuh kami”. Sarana dan prasarana instansi pelayanan kesehatan masih jauh di

bawah standar. Pantas saja orang-orang kaya di negeri kita berbondong-bondong lari menikmati pelayanan kesehatan

ke negeri lain, sebut saja Singapura dan Malaysia. Berapa kerugian ekonomi yang didapatkan negara ini hanya karena

sebuah senyum, keramah-tamahan, perhatian yang sulit didapatkan di negeri sendiri?

Di negeri kita, para dokter dan perawat berteriak “malu-malu” kepada pemerintah, karena jumlah pasien

Askeskin yang melonjak, tetapi pemerintah belum dapat membayar klaim dari pihak RS. Tentang alokasi dana

kesehatan masih menjadi buah bibir di daerah kita. Kebijakan pemerintah untuk menggratiskan pasien Askeskin adalah

kebijakan yang mulia, namun belum menyelesaikan masalah. Masalah-masalah baru mulai muncul, sebut saja jumlah

pasien yang membludak, yang seharusnya dapat segera diantsisipasi pemerintah. Tidak seperti saat ini, pihak RS

berteriak meminta klaim dana mereka yang belum kunjung turun. Program ini membuat masyarakat kita menjadi

“manja” atau terkesan menjadi konsumtif, dengan asumsi yang secara tidak sadar timbul di kepala mereka

bahwa “tidak usah takut sakit, toh kita gratis berobat”. Akhirnya jumlah pasien di RS, Puskesmas,

membludak. Anggaran untuk pengobatan terus membengkak. Andai saja fokus perhatian lebih mengarah pada upaya

promotif dan preventif untuk menanamkan budaya sehat pada masyarakat mungkin APBD maupun APBN, negara ini

tidak akan terlalu terbebani.

Sekian banyak Pilkada yang telah dilalui di tahun 2007 lalu, kesehatan tak pula bisa lepas darinya. Isu-isu kesehatan

gratis digemborkan oleh para calon kepala daerah. Apakah ini petanda baik atau sebaliknya. Namun, bisa menjadi awal

malapetaka di negeri ini, jika penerapan sistem kesehatan gratis tersebut tidak tepat. Kenapa kita tak belajar dari kasus

Askeskin sebelumnya dengan klaim yang menunggak, jumlah pasien membengkak, kualitas pelayanan menurun, dsb.

Sekarang yang perlu dipikirkan adalah mekanisme dan sistem yang jelas. Selama ini pasien miskin sudah gratis

ditanggung pemerintah pusat melalui PT ASKES. Apakah Pemda juga harus ikut nimbrung menghambur-hamburkan

uang kepada pasien Askeskin yang tidak jelas kriterianya.

Dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih tertinggal dalam hal berbagai indikator utama terhadap

pencapaian di sektor kesehatan, seperti tingkat kematian bayi, kematian balita, dan kematian ibu. Ada tiga alasan utama

yang dapat menjelaskan hal ini: mutu layanan kesehatan dasar yang buruk, tingkat pemanfaatan layanan kesehatan

sekunder yang rendah oleh rakyat miskin, dan tingkat layanan pencegahan yang rendah.

Indikator kesehatan Indonesia yang masih mengecewakan dapat ditingkatkan dengan memperkuat layanan

pencegahan, intensifikasi program kesehatan, dan kampanye nasional untuk kesehatan, untuk menanggulangi penyakit

menular, terutama di daerah-daerah terpencil dan di wilayah-wilayah yang masih terbelakang.

Meskipun tingkat pengeluaran agregat kesehatan masih rendah, Indonesia masih dapat mencapai perbaikan yang

signifikan dengan tingkat pengeluaran yang ada sekarang, dengan catatan bahwa berbagai sumber daya yang ada

didistribusikan secara lebih merata bagi setiap kelompok masyarakat sesuai dengan tingkat penghasilan mereka.

Sumber daya ini juga harus dibagikan secara lebih merata ke seluruh kabupaten. Kebijakan pemerintah di sektor ini

belum tercermin dengan baik dalam alokasi anggaran mereka, di mana sebagian besar sumber daya digunakan untuk

memberikan layanan yang dimanfaatkan oleh penduduk yang tergolong kaya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk melakukan alokasi yang lebih baik terhadap sumber daya yang

ada sebelum meningkatkan anggaran kesehatan secara substansial.

Aceh sebenarnya memiliki jumlah bidan yang memadai, namun jumlah dokter, apoteker, dan perawat masih belum

sebanding. Indonesia memiliki bidan yang cukup yang disebar dengan sangat baik ke seluruh negeri. Akan tetapi,

kebanyakan dari mereka melayani pasien dalam jumlah kecil dan memiliki peluang sangat kecil untuk meningkatkan

keterampilan mereka. Bagi praktisi kesehatan yang lain, tantangan itu malah sebaliknya. Misalnya, di Puskesmas masih

terjadi kekurangan tenaga dokter yang sangat serius, terutama di daerah-daerah terpencil. Tingkat ketidakhadiran

petugas kesehatan juga sangat tinggi.

Untuk menanggulangi kesenjangan dalam penyediaan layanan kesehatan, Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat digunakan

untuk meningkatkan layanan kesehatan di wilayah-wilayah yang kurang mendapatkan pelayanan, dan intervensi

berdasarkan permintaan, seperti penerapan sistem kupon untuk meningkatkan permintaan layanan dari masyarakat

miskin.[]

Penulis adalah Penulis adalah pemerhati masalah Perencanaan Pembangunan Daerah. Berdomisili di Banda Aceh

BIDAN DENGAN PASIEN 2

Suatu misteri yang harus kita singkap, bila
memperhatikan perkembangan penanganan kehamilan di
Indonesia akhir-akhir ini. Isue yang mulai berkembang
di Indonesia tentang persalinan dengan bedah caesar
yang semakin banyak, sudah bukan sembarangan isue lagi
tapi ada suatu indikator yang dijadikan patokan oleh
masyarakat, sehingga merekapun sudah mulai curiga,
apakah ada sesuatu yang salah. Dari data-data pada
tahun 1975 di jaman bedah caesar sangat jarang
dilakukan, angka kematian ibu yang melahirkan sekitar
30 orang setiap 1000 orang ibu yang melahirkan.
Walaupun jumlah itu pun sudah turun drastis, yakni
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1990
(21 April 1998, Surabaya Post), angka kematian ibu
sekitar 4,25. Lewat keseriusan pemerintah untuk menekan
angka kematian ibu terus diupayakan, sehingga pada 1996
pemerintah mencanangkan \"Gerakan Sayang Ibu\" (GSI) dan
mematok angka 2,25 sebagai target nasional untuk
menurunkan angka kematian ibu pada akhir 1999.

Tapi dibalik itu semua, ada suatu misteri di bidang
Obstetrian dan Gynecolog, bila dilihat kesibukan dokter-
dokter di bidang tersebut. Ada dokter-dokter yang
pasiennya (ditangani mulai dari masa kehamilan)
melahirkan tiap hari antara satu sampai tiga orang,
bedah caesar terhadap pasiennya yang dilakukan untuk
satu hari bisa sampai dua orang dengan frekuensi yang
tidak jarang juga. Maka bila dari 10 orang pasien, yang
menjalani bedah caesar 1-3 orang, berarti angka
persalinan dengan bedah caesar pasien-pasien yang masa
kehamilannya oleh dokter-dokter Obstetrian dan
Gynecolog Indonesia, banyak yang akan jatuh diantara
100-300 untuk setiap 1000 pasiennya. Dengan kemajuan
iptek kedokteran, maka jumlah antara angka kematian ibu
yang melahirkan dan angka bedah caesar ibu yang
melahirkan seharusnya lebih kecil dengan berjalanannya
waktu. Tapi ini justru yang terjadi dengan suatu
kecendrungan yang berbalik. Dibalik misteri ini mungkin
juga merupakan tragedi buat Bangsa Kita.

Profesi
Bidan di antara Dokter Spesialis dan Dukun Bayi

Oleh Eny Prihtiyani

Bagi kaum perempuan, keberadaan seorang bidan memiliki arti tersendiri. Mereka menjadi konsultan sekaligus sahabat bagi perempuan terutama menyangkut kesehatan reproduksi. Sayang, bagi perempuan-perempuan di daerah pelosok, jasa bidan masih sulit diakses akibat minimnya tenaga bidan yang tertarik terjun ke daerah pinggiran.

Berdasarkan data Ikatan Bidan Indonesia (IBI) wilayah DI Yogyakarta, dari 1.268 anggotanya, sebagian besar masih membuka praktik di wilayah perkotaan. Fenomena inilah yang mendorong IBI menerapkan program desa siaga mandiri bagi setiap bidan.

"Dengan program itu, setiap bidan wajib memiliki desa binaan sehingga mereka harus terjun ke desa-desa. Diharapkan, dengan pola seperti ini, penyebaran bidan bisa lebih merata. Untuk perayaan Hari Bidan Indonesia pada 24 Juni, kita juga mengambil tema tentang pemerataan bidan, yakni 'Bidan Menjangkau Perempuan di Mana Mereka Berada'," kata Ketua IBI DIY Darmawanti Burham.

Gunung Kidul dan Kulon Progo menjadi daerah utama yang masih kekurangan tenaga bidan. Tak heran jika di sebagian pelosok desanya masyarakat masih banyak menggunakan tenaga dukun bayi. Di Kulon Progo, misalnya, hampir 20 persen dari proses persalinan masih menggunakan tenaga dukun. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, keberadaan dukun bayi akan terus berkurang.

Wilayah perkotaan menjadi pilihan strategis para bidan untuk membuka praktik karena dari sisi ekonomi jauh lebih menguntungkan meski mereka harus bersaing dengan para dokter spesialis kandungan. "Meski jasa dokter spesialis sudah banyak menjamur, kami memiliki segmen tersendiri, yakni kalangan menengah ke bawah," kata seorang bidan yang membuka praktik di daerah Kotagede.

Lebih jauh bidan tersebut menjelaskan, dengan segmen masyarakat menengah ke bawah, tarif yang ditawarkan juga lebih murah, biasanya di bawah angka Rp 40.000. "Kami tetap memilih daerah perkotaan meski banyak pesaingnya karena membuka praktik di daerah terpencil spekulasinya terlalu besar mengingat rendahnya daya beli masyarakat. Apalagi, sebagian besar masih percaya pada tenaga dukun," tuturnya.

Menurut Burham, bidan tidak bisa dibandingkan dengan dokter spesialis kandungan karena masing-masing memiliki fungsi berbeda. Bidan adalah profesi yang menangani persalinan normal, mulai dari awal hingga akhir. Namun begitu sudah ada komplikasi, maka itu sudah wewenang dokter dan harus dilimpahkan.

Ada tiga tugas pokok seorang bidan, yakni melayani kesehatan ibu, anak, dan reproduksi; melayani program keluarga berencana; dan memberikan penyuluhan bagi masyarakat. "Bidan masih menjadi pilihan karena waktu konsultasi yang disediakan jauh lebih lama daripada dokter spesialis. Kalau dokter biasanya hanya to the point pada masalah pokoknya," ujarnya.

Bagi kaum perempuan, menggunakan jasa bidan atau dokter spesialis ialah sebuah pilihan. Nining, misalnya, ibu rumah tangga yang tengah hamil enam bulan lebih memilih jasa dokter spesialis karena tidak yakin dengan pelayanan bidan. "Kemampuan bidan hanya terbatas. Kalau terjadi apa-apa ia tidak bisa berbuat banyak. Karenanya, saya lebih suka menggunakan jasa dokter," katanya.

Pendapat Nining memang tidak salah. Berdasarkan data IBI DIY, dari 775 bidan yang membuka praktik swasta, baru 170 bidan yang masuk kategori bidan delima atau bidan berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas bidan, pemerintah akan menaikkan standar minimal pendidikan yang sebelumnya hanya diploma I menjadi diploma III.

Tidak hanya itu, IBI akan mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan kebidanan di delapan institusi di Yogyakarta. "Peminat pendidikan kebidanan semakin melonjak karena prospek kerjanya lebih menjanjikan," kata Burham.